“Dunia tidak seluas daun kelor – The world is not as small as a kelor leaf”
Pepatah di atas sudah pasti tak asing di telinga. Siapa sangka, tanaman ini ternyata kaya manfaat. Salah satunya, Ivan de la Grange menemukan bahwa biji tanaman kelor (Moringa oleifera) dapat digunakan untuk mencuci residu pestisida dari produk pangan.
Biji tanaman kelor. Sumber: vemale.com
Ivan adalah akademisi dari New Jersey City University (NJCU) yang berkesempatan untuk melakukan riset di Fakultas Teknobiologi Unika Atma Jaya dengan pendanaan Fulbright US Student Research Award. Selama penelitiannya, Ivan dibimbing oleh Dr. Vivitri Dewi Prasasty dalam menganalisis keberadaan pestisida pada produk kentang.
Ia menemukan bahwa dengan mencuci kentang di dalam air yang mengandung ekstrak biji kelor, cemaran pestisidanya berkurang hingga 50%. Sementara itu, pencucian dengan air bersih hanya menurunkan 10% kadar pestisida. Dapat dibayangkan, mencuci dengan air saja tidak cukup untuk membersihkan bahan pangan kita dari pestisida.
Selain itu, biji kelor juga lebih dapat menghilangkan pestisida dibandingkan dengan metode komersial menggunakan cuka, air lemon dan baking soda. Dari segi biaya, pencucian dengan biji kelor hanya memerlukan Rp 2000/L, jauh lebih murah daripada metode komersial yang memakan biaya Rp 10.000/L.
Ivan berbagi hasil penelitiannya dengan staf dan dosen Fakultas Teknobiologi
Lebih menarik lagi, Ivan mengatakan bahwa masyarakat Yogyakarta menggunakan tanaman kelor untuk mengobati penyakit dan mencuci baju. Menurutnya, kearifan lokal seperti inilah yang sebaiknya dilestarikan dan diteliti oleh para peneliti supaya bisa dimanfaatkan untuk masyarakat luas. Penelitian Ivan di Fakultas Teknobiologi juga menunjukkan pentingnya menjaga kerja sama fakultas dengan institusi internasional seperti Fulbright, karena tidak ada suatu inovasi tanpa kolaborasi.
Artikel ini ditulis oleh Theodorus Eko Pramudito. Theo adalah alumni Program Studi Biologi Fakultas Teknobiologi yang kini pulang ke rumah sebagai dosen tetap di fakultas kami.
Editor: Watumesa Tan